Setelah mempelajari beberapa arsip berupa foto lama dan beberapa tulisan yang semuanya berbahasa Belanda, saya dapat menemukan informasi maupun bukti sejarah pabrik sepeda di Hindia Belanda (Indonesia) pada zaman Kolonial Belanda.
Gambar foto bertuliskan Rijwielfabriek Insulinde Semarang ini merupakan pabrik sepeda pertama di Hindia Belanda buatan 1910. Foto ini bisa jadi bukti memang ada pabrik sepeda yang beroperasi memproduksi sepeda. Saat itu, biasanya banyak pabrik yang dikuasai oleh orang Belanda termasuk pabrik sepeda ini.
Nah, pertanyaannya apakah pabrik sepeda dalam foto lama ini hanya sekedar tempat perakitan sepeda merek tertentu dari Belanda, atau punya merek sendiri? Sayang saya kehilangan jejak atau tak menemukan informasi lebih lanjut tentang Rijwielfabriek Insulinde Semarang 1910 ini.
Namun saya tertarik dengan adanya tulisan INSULINDE pada foto pabrik sepeda itu. Kata Insulinde sebenarnya pertama kali disebut oleh Eduard Douwes Dekker (Multatuli) di dalam bukunya yang berjudul Max Havelaar pada tahun 1860.
Nama ini di buat karena Multatuli merasa jijik mendengar nama Naderlandsch Indie yang diberikan oleh Belanda. Adapun arti nama Insulinde berasal dari perkataan “Insulair”, “Insula” dan “Indus” yang dalam bahasa latin “Insula” berarti pulau dan “Indus” berarti Hindia sedangkan Insulinde berarti pulau Hindia.
Menurut perkiraan saya, tulisan Insulinde ini melambangkan bahwa pabrik ini memang suatu produsen sepeda yang beroperasi sendiri dan bukan tempat perakitan sepeda-sepeda buatan Belanda.
Dalam catatan Departemen Perdagangan di zaman kolonial Belanda, ketika industri metal (metalurgi) pemerintah Hindia Belanda pada dasa warsa 1926-1930 mengalami kemajuan dengan ditandainya banyak bahan-bahan logam/metal yang dikirim kebeberapa negara Eropa dan Amerika
Di Pulau Jawa banyak didirikan pabrik-pabrik sepeda (rijwielfabriek) seperti di Surabaya yang ditangani oleh Hima` Lalu anak perusahaan Hima, yaitu SL. Manson & Co di Bandung mendirikan pabrik sepeda Janco. Selain itu juga didirikan pabrik sepeda Martens di Malang, Jawa Timur.
Pada awal 1930-an, Hima mendirikan pabrik perakitan sepeda bermerek Hima di Bandung, lalu bisnisnya dipindahkan ke Surabaya. Lokasi baru pabrik sepeda Hima ini ada di kawasan Rungkut, Soerabaia. Pabrik Hima di Surabaya ini cukup lama beroperasi hingga akhirnya tutup pada 1975.
Pada 1 Januari 1910 perusahaan RS Stokvis (produsen sepeda Nederlandsche Kroon) dari Belanda melakukan kerjasama dengan perusahaan Lindeteves, perusahaan dagang Belanda yang beroperasi di Hindia Belanda .
Perusahaan Lindeteves (NV Jacobson van den Berg & Co atau Jacoberg ) merupakan perusahan yang menyediakan beragam keperluan industri semacam besi baja, pembangkit listrik, galangan kapal, perkakas, pompa, asuransi dan yang lainnya.
Setelah bekerja sama dengan RS Stokvis, Lindeteves bernama NV Lindeteves Stokvis and Fa yang juga menangani industri sepeda. Perusahaan Lindeteves Stokvis ini di tahun 1957 diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan dinasionalisasikan.
Di tahun 1959 didirikan perusahaan dengan nama PT Yudha Bhakti Corp sebagai pengganti nama Jacoberg. Pada 1961 PT Yudha Bhakti diubah status dan diganti namanya menjadi Perusahaan Dagang Negara (PDN) Fadjar Bhakti.
Namun dalam perkembanganya perusahaan ini kondisinya semakin parah. Alhasil, di tahun 1977 perusahaan peninggalan Belanda ini dilikuidasi dan digabung ke dalam PT Dharma Niaga.
Gambar foto bertuliskan Rijwielfabriek Insulinde Semarang ini merupakan pabrik sepeda pertama di Hindia Belanda buatan 1910. Foto ini bisa jadi bukti memang ada pabrik sepeda yang beroperasi memproduksi sepeda. Saat itu, biasanya banyak pabrik yang dikuasai oleh orang Belanda termasuk pabrik sepeda ini.
Pabrik Sepeda Onthel Di Semarang Indonesia |
Namun saya tertarik dengan adanya tulisan INSULINDE pada foto pabrik sepeda itu. Kata Insulinde sebenarnya pertama kali disebut oleh Eduard Douwes Dekker (Multatuli) di dalam bukunya yang berjudul Max Havelaar pada tahun 1860.
Nama ini di buat karena Multatuli merasa jijik mendengar nama Naderlandsch Indie yang diberikan oleh Belanda. Adapun arti nama Insulinde berasal dari perkataan “Insulair”, “Insula” dan “Indus” yang dalam bahasa latin “Insula” berarti pulau dan “Indus” berarti Hindia sedangkan Insulinde berarti pulau Hindia.
Menurut perkiraan saya, tulisan Insulinde ini melambangkan bahwa pabrik ini memang suatu produsen sepeda yang beroperasi sendiri dan bukan tempat perakitan sepeda-sepeda buatan Belanda.
Dalam catatan Departemen Perdagangan di zaman kolonial Belanda, ketika industri metal (metalurgi) pemerintah Hindia Belanda pada dasa warsa 1926-1930 mengalami kemajuan dengan ditandainya banyak bahan-bahan logam/metal yang dikirim kebeberapa negara Eropa dan Amerika
Di Pulau Jawa banyak didirikan pabrik-pabrik sepeda (rijwielfabriek) seperti di Surabaya yang ditangani oleh Hima` Lalu anak perusahaan Hima, yaitu SL. Manson & Co di Bandung mendirikan pabrik sepeda Janco. Selain itu juga didirikan pabrik sepeda Martens di Malang, Jawa Timur.
Pada awal 1930-an, Hima mendirikan pabrik perakitan sepeda bermerek Hima di Bandung, lalu bisnisnya dipindahkan ke Surabaya. Lokasi baru pabrik sepeda Hima ini ada di kawasan Rungkut, Soerabaia. Pabrik Hima di Surabaya ini cukup lama beroperasi hingga akhirnya tutup pada 1975.
Pada 1 Januari 1910 perusahaan RS Stokvis (produsen sepeda Nederlandsche Kroon) dari Belanda melakukan kerjasama dengan perusahaan Lindeteves, perusahaan dagang Belanda yang beroperasi di Hindia Belanda .
Perusahaan Lindeteves (NV Jacobson van den Berg & Co atau Jacoberg ) merupakan perusahan yang menyediakan beragam keperluan industri semacam besi baja, pembangkit listrik, galangan kapal, perkakas, pompa, asuransi dan yang lainnya.
Setelah bekerja sama dengan RS Stokvis, Lindeteves bernama NV Lindeteves Stokvis and Fa yang juga menangani industri sepeda. Perusahaan Lindeteves Stokvis ini di tahun 1957 diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan dinasionalisasikan.
Di tahun 1959 didirikan perusahaan dengan nama PT Yudha Bhakti Corp sebagai pengganti nama Jacoberg. Pada 1961 PT Yudha Bhakti diubah status dan diganti namanya menjadi Perusahaan Dagang Negara (PDN) Fadjar Bhakti.
Namun dalam perkembanganya perusahaan ini kondisinya semakin parah. Alhasil, di tahun 1977 perusahaan peninggalan Belanda ini dilikuidasi dan digabung ke dalam PT Dharma Niaga.
Oldbike in History. Diolah dari beragam sumber, Foto koleksi : kitlv, pada foto tampak pabrik sepeda (Rijwielfabriek) Insulinde di Semarang 1910)